Puisi untuk bumi

ALAM DILEMBAH SEMESTA
Puisi Ardian.H

Angin dingin kelam berderik
Kabut putih menghapus mentari
Tegak cahyanya menusuk citra

Pahatan Gunung memecah langit
Berselimut awan beralas zamrud
Tinggi . . . Tajam . . .

Sejak waktu tidak beranjak
Di sanalah sanubari berdetak
Sunyi sepi tak beriak

Cermin ilusi di atas danau
Menikung pohon yang melambai warna
Di celah kaki-kaki menjejak karya-karyaNYA

Di manakah aku berada?
Di mana jiwa tak mengingat rumah
Di saat hidup serasa sempurna

Sungguh jelita permadani ini
Terbarkan pesona di atas cakrawala
Tak berujung di pandang lamanya

Serasa bertualang di negeri tak bertuan 



ALAM
Puisi Vino Tritambayong

Ku buka mata ..
cahaya pagi menembus kaca jendela ..
Semerbak mawar merah dan putih merekah ..
Ku buka jendela ..
Ku hirup udara segar ..

Melihat kabut tebal masih menyelimuti bumi ..
Setetes embun membasahi daun ..
Kicauan indah terdengar di telinga ..
Angin berhembus halus menembus kulit

Ku lihat awan seputih melati ..
Juga langit, sebiru lautan samudra ..
Kini kusiap menghadapi hari yang baru ..
Dan indahnya bumi ..  




BENCANA MELANDAKU
Puisi Tanpa Nama

Lewat suara gemuruh diiringi debu bangunan yang runtuh
Tempatku nan asri terlindas habis
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Kau lalap habis aku kehilangan segalanya

Mata manusia sedunia terpengarah, menatap dan heran
Memang kejadian begitu dahsyat
Bantuan dan pertolongan mengalir
Hati manusia punya nurani

Tuhan , mengapa semua ini terjadi ?
Mungkin kami telah banyak mengingkari-Mu
Mungkin kamu terlalu bangga dengan salah dan dosa
Ya, Tuhan ampunilah kami dalam segalanya 



SABDA BUMI
Puisi Tanpa Nama

Bulan tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu

Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit

Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi  




BUMI MERATAP

Terasa pahitnya cekaman,yang telah melebur bersama lara.
aku adalah bumi,hidupku amat sengsara
manusia-manusia menghancurkanku,betapa sedihnya aku.
akulah bumi,ciptaan tuhan yang maha kuasa

mengharap manusia manusia melakukan secerah perubahan
tapi demi impian,manusia manusia tidak mau berhenti
Terlalu sempurna untuk dimasukkan dalam hati manusia yang tidak bertanggung jawab

Hingga aku tertatih,terluka dan tersakiti
Akulah bumi...
isiku memang sudah hancur..
hati hati manusia,pertahankanlah lapisan atmosferku...





KETIKA BUMI MENANGIS
Matahari tersenyum untuk memulai awal kehidupan
Ia memancarkan sinarnya, membangunkan seluruh makhluk hidup
Luapan cahayanya mengusir embun pagi..membawa kedamaian dalam pagi yang nyata
Bumi pun disapa oleh matahari..memulai aktivitas mereka
Berdua menjanjikan kehidupan pada kita
Matahari selalu menepati janji..menghilang bergantikan bulan dan keesokan harinya ia akan datang, selau tepat, tak pernah ingkar.
Bumi berputar, mengalami rotasi dan revolusi, adanya siang malam dan pergantian musim, semuanya sudah diatur dengan baik.
Saling berkesinambungan membuat kehidupan di dunia
Namun sekarang..
Bumi tak lagi hijau
Para manusia tamak mengubahmu menjadi lautan api dengan pembakaran hutan di mana mana
Bumi tak lagi tersenyum
Melihat manusia berbondong bondong melukainya, ketika bahan peledak mereka sebar di laut menghabisi sebagian besar kehidupan bawah laut
Bumi kecewa
Manusia tamak mendirikan pabrik padahal polutan yang dihasilkan itu mencemari udara
Bumi berteriak…Saat kapasitas manusia melebihi daya tampungnya
Bumi tak lagi ramah
Tak menjanjikan kehidupan senyaman dulu,
Lapisan ozon semakin menipis membuat sesak udara dan matahari menjadi sepanas api nereka
Bumi merintih..Ia menangis..
Tak terdengar memang, tapi terasa..
Tak terlihat memang, tapi teraba..
Teriakkan bumi memang tidak memekakan telinga
Tapi semakin bumi merintih, kita terus dipaksa untuk berfikir , kemanakah lagi kita harus berteduh
Aku ingin menyerap hangatnya mentari, menghirup oksigen yang murni, bermain air biru di laut lepas
Bukan merasakan cambuk panasnya mentari, menghirup udara kotor yang menyakitkan dada, terpaku karena laut sudah tidak lagi biru..
Semuanya hilang..rusak..lenyap..

Dan aku harus terus berlari dan bertanya apakah mereka tega, melukaimu, membuatmu menangis, hanya karena rupiah dan kekayaan semata.

20 komentar:

  1. baguss kak...... kunjungi blog saya kak Erinaelga.blogspot.com , siapa tau bisa saling berteman

    BalasHapus
  2. Bumi meratap puisi karya siapa kak?

    BalasHapus
  3. Bumi meratap puisi karya siapa kak?

    BalasHapus
  4. Bumi meratap puisi karya siapa kak?

    BalasHapus
  5. Sya izin untk memasukan puisi bumi ku menangis di naskah film pendek di sekolah saya

    BalasHapus
  6. Ijin share untuk misi penyelamatan Bumi 🙏🙏🙏

    BalasHapus
  7. Puisi-puisinya bagus
    Izin share y
    🙏🙏🙏

    BalasHapus
  8. sadamtuburpon.blogspot.com
    Silakan kunjungi..

    BalasHapus
  9. Izin menyebar luaskan puisi "ketika bumi menangis" kak, sebagian saya ambil dari puisi kakak boleh? tapi tidak saya ambio alih karya kakak

    BalasHapus
  10. iji repost ya ka . boleh ngga?

    BalasHapus
  11. min puisi terakhir siapa yang bikin?

    BalasHapus
  12. izin copy ya kak, karya kakak kakak bagus bagus :v

    BalasHapus
  13. puisi ketika bumi menangis krya siapa kak? izin membaca buat tugas praktek

    BalasHapus
  14. Kak yang cipta puisi "ketika bumi menangis klo boleh tau siapa ya kk? Izin menyebar luaskan puisi "ketika bumi menangis" kak

    BalasHapus